Senin, 30 Mei 2016

Menjadi Guru yang Bersahabat

Saya memilih profesi guru karena kecintaan pada dunia pendidikan. Karena lewat dunia itu saya pun akhirnya bisa bertemu dengan dunia blogging yang sama-sama menyenangkan untuk dikerjakan. Kerena lewat pendidikan jugalah nasib suatu bangsa ditentukan. 


Saat memutuskan untuk menjadi guru memang bukan mengambil keputusan yang gampang, sebab saat ini guru dianggap pekerjaan yang bukan 'main-main' namun penghasilannya 'main-main'. Beda dengan artis yang bekerja 'main-main ' tapi berpenghasilan bukan main. Cita-cita saya dulu tinggi. Inggin bekerja di perusahaan bonafit dan menghasilkan banyak uang. 

Tapi prinsip itu kemudian lahir : Uang bukan segala-galanya.

Saya mengawali profesi sebagai guru pada tahun 2008 silam. Saat itu saya diterima di sebuah bimbingan belajar ternama di kota Bandung. Awalnya sebagai batu loncatan, sambil menunggu panggilan lamaran di Jakarta.

Namun seiring waktu, ada kenikmatan tersendiri menjadi seorang guru. Walau harus bertemu dengan siswa nakal, tidak menghargai bahkan kurang ajar, tapi kenikmatan sesungguhnya dari seorang guru adalah menjabat pekerjaan termulia kedua setelah nabi. Guru mengajarkan banyak hal pada saya saat itu bahkan sampai sekarang.

Saya sangat menikmati kepuasan dalam mengajar jika ilmu yang saya sampaikan bisa mereka tangkap dan dipelajari dengan baik, dengan antusias mereka bertanya dan saya menjawab apa yang ada diisi kepala mereka. Itulah kepuasan yang tidak diperoleh dari pekerjaan manapun.

Menjadi guru memang pekerjaan yang penuh tantangan. Tantangan terbesar nya adalah saat pekerjaan lain dituntut mengolah data, maka menjadi guru adalah pekerjaan yang dituntut untuk mengolah manusia.  Mengolah manusia adalah bukan perkara yang mudah. Perlu urat sabar yang tebal dan mental yang tahan banting. Namun semuanya perlu memakai hati. Jika salah mengajari maka rusaklah sebuah generasi.

Proses belajar tidak saya maknai hanya berada diluar kelas semata. Pendidikan bukanlah hal kaku yang membelenggu isi pikiran mereka. Pendidikan hendaknya membebaskan pikiran mereka, sehingga mereka memiliki kebebasan berpikir yang baik dalam memecahkan apapun.

Bebas untuk beraktualisasi. Bebas menemukan passion mereka. Sehingga jati diri mereka bisa diisi kemualian dan kebaikan.



Pada Juli 2010, saya akhirnya diterima di salah satu sekolah elit di Kota Bandung. SMA Taruna Bakti. Mengajar di sekolah tentunya sangat berbeda mengajar di bimbingan belajar. Saat mengajar di sekolah kita di tuntut untuk menjadi guru yang tegas sekaligus bersahabat. Tidak mudah memang harus seperti itu. 

Tegas tidak sama dengan galak. Tegas adalah sebuah cara dalam mendidik dengan menilai sesuatu secara objektif. Jika mereka salah akan saya tegur dan nasehati. Jika mereka baik, akan saya hargai dengan sebaik-baiknya.


Untuk menjadi guru yang bersahabat saya selalu menerapkan semboyan Ki Hajar Dewantara. Ingarso Suntulodo, ing madya mangun karso dan Tut wuri handayani. Semboyan tersebut selalu menjadi penguat saya untuk selalu menjadi guru yang baik bagi mereka. 

Ing Ngarso Suntulodo

Menjadi guru adalah pemimpin di ruangan kelas. Sebagai seorang pemimpin, hendaknya seorang guru memberi contoh sauri tauladan yang baik untuk murod-muridnya. Guru harus bisa menjadi contoh yang baik, karena hakekatnya pendidikan adalah kegiatan mencontoh sesuatu. Jika tidak bisa menjadi contoh yang baik, maka murid akan kehilangan arah dalam belajar dan mengambil rti dalam belajar.

Ing Madya Mangun Karso

Dari slogan ini, guru hendaknya bisa memberikan semangat yang berlebih untuk para siswanya. Motivasi dari seorang guru, akan sangat berharga jika motivasi itu disampaikan dengan betul.

Tut wuri handayani

Semboyan terakhir ini seolah menjadi pembakar semboyan sebelumnya. Guru harus bisa menjadi pendorong untuk kemajuan siswa. Menjadi sauri tauladan saja tidak cukup. Menjadi penyemangat saja tidak cukup. Yang melengkapi itu semua adalah guru harus bisa menjadi pendorong semangat dan teladan yang baik bagi siswanya.

Dari ketiga slogan tersebut, saya kemudian membuat versi, bagaimana menjadi guru yang bersahabat dengan siswanya. Oke! hal-hal dibawah ini yang bisa saya uraikan versi saya.

1. Bisa masuk ke dunia mereka

Salah satu yang bisa saya lakukan untuk bisa bersahabat dengan siswa-siswa saya adalah menyelami dunia mereka. Ini bukan berarti kita harus menjadi sosok yang segala tahu atau sok tahu. Yang harus dilakukan adalah mengenali dan sering berdiskusi dengan mereka. Semisal, Jika saat ini sedang booming Band Barasuara, maka setidaknya kita bisa tahu lagunya dan menshare apa yang  kita tahu dan bertanya apa yang tidk kita tahu.

2. Menghargai setiap passion mereka

Bagi saya nilai akademis bukan segalanya. Nilai bisa dicari lewat usaha belajar. Tapi passion mereka didapatkan bukan dari belajar, tapi harus mencintai apa yang mereka kuasai. Misal, jika ada anak yang urang dipelajaran saya, maka pada saat itu saya tidak menjudge dia sebagai siswa yang bodoh.  Saya akan cari passionnya dimana. Jika passionnya di musik, maka akan saya dorong dan beri semangat untuk mempelajari musuk sampai keakar-akarnya. Bila perlu memberi apresiasi padanya.

3. Tidak menyempitkan pemikirannya

Guru bukanlah makhluk paling pintar di dunia ini. Maka tak seharusnya guru menyempitkan pikiran setiap siswa yang dia ajar. Siswa harus diberikan kebebasan berpikir untuk memecahkan setiap masalah. Jika pada ahkirnya salah, maka tugas gurulah untuk membenarkannya.

4. Bertindak ramah dan baik

Ramah dan menyenangkan itulah yang sangat disukai siswa. Dengan keramahan kita sebagi guru, maka siswa akan merasa nyaman dan bisa terbuka pikirannya dengan sang guru. Tak ada batas pemikiran antara guru dan murid, karena seyogyanya guru juga adalah insan pembelajar yang terus belajar.

5. Tidak menghakimi untuk setiap kesalahan. Pebaiki !

Setiap kesalahan siswa bukan jalan untuk menghakimi. Bagi saya kesalahan setiap siswa menjadi tanggung jawab guru untuk lebih membimbing dan mengarahkan kearah yang lebih baik.

Itulah share mengenai guru yang saya peroleh dari pengalaman. Semoga kekurangannya bisa dicermati. Bila perlu dikritisi. 

4 komentar:

  1. Jadi guru itu pengabdian dunia akherat Mas, apalagi kalau ilmunya bermanfaat. Semoga sukses mendidik anak2 bangsa ini jadi lbh baik lg! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar sekali mbak april,,,makasih sudah berkunjung

      Hapus
  2. Hormat saya untuk Guru yang selalu mengabdi untuk dunia pendidikan serta memberikan ilmu dan membimbing para siswa/i dengan baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih untuk mbak liswanti...salam kenal.

      Hapus